Senin, 06 September 2010

Melirik Penggemar Moror Antik di Sragen


SMART – Motor Antik, siapa yang tak suka..? Semakin tua semakin menarik. Semakin langka semakin diburu. Semakin tua, semakin langka dan semakin orisinil akan semakin mahal harganya. Bagi penghobi motor tua, uang seberapa pun tak sayang dikeluarkan demi untuk memenuhi kepuasan memiliki motor tua. Demikian dikatakan oleh salah satu penggemar motor antique, Taat Setiya Boedhy, yang juga Ketua MACI Cabang Sragen.

Baginya, memiliki motor tua merupakan kepuasan bathin. Dirumahnya telah terpajang dua buah motor tua yang terlihat gagah dan sangat menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Beragam aksesoris menghiasi bagian demi bagian kendaraan berumur tua itu, yang melengkapinya hingga terlihat gagah perkasa.

Yang menarik dari hobi ini ternyata tidak sekedar ajang gaul dengan tongkrongannya tapi juga menjadi ajang kumpul yang diorganisir dengan baik. Motor Antik Club Indonesia (MACI) Cabang Sragen, begitu wadah yang menaungi penghobi barang mahal ini. Penggemar yang telah menjadi anggota terdiri dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari PNS, pegawai swasta, pengusaha dan lain-lain.

Menurut Ketua MACI Cabang Sragen ini, motor antik cukup diminati oleh warga Sragen. Sejak diresmikan tahun 1994 silam, tak kurang 35 orang telah menjadi anggota setianya. Masing-masing anggota mempunyai motor tua satu hingga 2 buah.

Dulu, ketika para anggota MACI Sragen ini rata-rata masih bujangan, sejumlah lokasi strategis dipusat kota sering kali dijadikan arena berkumpul. Meskipun terkesan santai, namun para anggota motor antik sangat menjunjung persaudaraan sesama penggemar motor antik. Apalagi yang satu organisasi.

Setelah anggotanya satu demi satu meninggalkan masa lajangnya, acara kumpul-kumpul di sudut-sudut kota mulai ditinggalkan dan diganti dengan pertemuan rutin dalam bentuk arisan secara bergantian dari satu rumah ke rumah anggota lainnya. “Hal ini tidak lain untuk lebih mepererat persaudaraan dan menjalin tali silaturahmi” jelas Taat.

Dicontohkannya bila ada salah seorang anggota yang ditimpa musibah, maka anggota lainnya akan berpartisipasi untuk hadir beramai-ramai menjenguk maupun memberikan bantuan yang bersifat moril dan materil. Ikatan seperti itu sudah tertanam di diri masing-masing anggota sejak mulai bergabung.

Touring acapkali dilakukan, meski sekarang tidak sesering dulu. Biasanya dilakukan bila bersamaan dengan penyelenggaraan acara-acara Rakerda, Rakernas atau Jambore. Biasanya semua anggota yang akan hadir ke acara tersebut, transportasi yang digunakan untuk menuju kota jambore atau rakernas yang dituju dengan menggunakan motor antiknya masing-masing. Selama melakukan turing inilah, lanjut Taat, akan terbentuk perasaan setia kawan sesama anggota. Bila ada satu motor yang rusak akan diperbaiki secara bersama-sama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul.

Bila telah masuk dalam komunitas ini, persoalan motor antik yang rusak atau butuh onderdil bukan merupakan masalah yang susah. Masing-masing anggota biasanya telah mahir dalam soal utak utik mesin tua. Meski begitu, sesama anggota biasanya saling membantu untuk mencarikan bila ada onderdil yang susah dicari. Bahkan jaringan relasinya telah meluas hingga ke seluruh pelosok anggota MACI diseluruh Indonesia. Menurut Taat, bila ingin motor antiknya awet, ya harus diperlakukan seperti orang yang disayangi. Misalnya, oli yang digunakan harus oli yang bagus, begitu pula bahan bakarnya. (N. Hart – Humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar